BAB I PEMBAHASAN
A.
Kutub Al-Sittah
1. Definisi
Kutub Al-Sittah
Dalam ilmu hadist dikenal istilah
kutubu sittah. Kutub sittah adalah kitab hadits yang dihimpun oleh enam orang
ulama yang merupakan kitab induk hadis. Pada awalnya, ulama Muta’akhkhirin
sependapat menetapkan bahwa kitab induk lima buah, yaitu Shahih al-Bukhary,
Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan an-Nasa’y dan Sunan at-Tarmidzy. Kitab
lima tersebut mereka namai Al-Ushul al-Khamsah atau Al-Kutub al-Khamsah.
Kemudian, Abu al-Fadhli ibn Thahir menggolongkan pula kedalamnya kitab induk
lagi, sehingga terkenal di dalammasyarakat Al-Kutub as-Sittah (Kitab Enam).
Terjadi perbedaan pendapat di
kalangan ulama tentang kitab hadis yang keenam itu. Abu al-Fadhli ibn Thahir
berpendapat bahwa kitab keenam itu adalah kitab Sunan Ibni Majah . Pendapat
beliau ini diikuti oleh Abd al-Ghany al-Maqdisy, Al-Mizzy dan Al-Hafizh Ibnu
Hajar dan Al Khazrajy. Sebagian ulama lagi berpendapat kitab Muwaththa’ yang
ditulis imam Malik sebagai kitab induk hadis keenam. Pendapat ini dilontarkan
oleh Razin dan Ibn Atsir. Sebagian lagimenempatkan kita As-Sunan Ad-Darimy
sebagai kitab induk hadis keenam. Kitab lainnya yang disebut sebagai kita induk
keenam adalah kitab Al-Muntaqa yang ditulis Ibnu Jarud.
Tulisan ini akan memaparkan kitab
induk hadis yang enam itu. Sebagaimana dikemukakan diatas, ulama sepakat
tentang lima kitab induk hadis, namun terjadi perselisihan kitab induk hadis
yang keenam. Karena itu, penulisan makalah dimulai dengan lima kitab yang
disepakati itu, yaitu : Shahih al-Bukhari, Tulisan dimulai dengan menjelaskan
kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan an-Nasa’y dan Sunan
at-Tarmidzy. Sedangkan kitab keenam, penulis mengikut pendapat Abu al-Fadhli
ibn Thahir yang menyebutkan kitab Sunan Ibnu Majah sebagai kitab induk hadis
keenam. Uraian mengenai kitab induk hadis ini terdiri dari penjelasan;
1. Sejarah Ringkas Penulisnya
2. Nama kitab dan Jumlah Hadisnya
3. Penilaian Ulama terhadap Kitabnya
4. Kitab Syarahnya.
2. Al kutub al sittah
Yang
dimaksud al kutub al sittah yaitu:
1. Shohih
Bukhori
2. Shohih
Muslim
3. Sunan Abu
Daud
4. Jami’u
at-Turmudzi/ Sunan at-Turmudzi
5. Sunan
an-Nasa’i
6. Sunan
Ibnu Majah
3. Biografi pengarang dan metodologi
penulisanal kutub al sittah
a. Bukhori
(194-256 H)
Yang dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il
bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Bardizbah al ja’fi al Bukhori. Dilahirkan hari
Jum’at 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Pada usianya yang relatif masih muda ia
sudah mampu menghafal tulisan beberapa ulama’ hadits yang ada di negrinya.
Masih pada usia relatif muda berumur ± 16 th pula ia pergi ke Mekkah bersama
ibu dan saudaranya untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun 210 H. Selanjutnya
tinggal di Madinah dan menulis sejarah yang terkenal Tarikh al-Kabir, disamping
makam Nabi Muhammad SAW.
Al-Bukhori tergolong orang yang memiliki sifat
penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang dimiliki oleh orang lain.
Kecerdasan dan Ketekunan dalam mempelajari hadis-hadis itulah kemudian diberi
gelar Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, oleh ulama’-ulama’ hadits pada zamanya. Di
samping sifat penyabar dan kecerdasan itu, ia juga terkenal mempunyai sifat
Wara’ dalam menghadapi kehidupan, dan ahli ibadah. Al Bukhori menghafal 100.000
hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih , suatu kemampuan menghafal
yang jarang ada tandinganya. Salah satu karay besar yang monumental dalam
kitab hadis yang ditulis oleh Bukhori adalah kitab Jami’ al-shohih yang
kelengkapan nama kitab ini telah dikemukakan pada awal tulisan ini, kitab Jami’
al-shohih ini dipersiapkan selama 16 tahun. Ketika hendak memasukkan hadis
ke dalam kitab ini , ia sangat berhati-hati. Hal ini terlihat setiap ia hendak
mencantumkan hadits dalm kitabnya didahului mandi , berwudlu, dam shalat
istikhoroh meminta petunjuk kepada Allah tentang hadits yang ditulisnya.Bukhori
menyatakan: Saya tidak memasukkan dalam kitab Jami’ku ini kecuali yang shohih
saja. Dan jumlah hadits dalam kitab Jam’ itu sebanyak 7397 buah hadits dengan
ditulis secara berulang, dan tanpa diulang sebanyak 2602 buah yaitu hadis
mu’allaq,mutabi’, dan mauquf. Dalam teknis penulisanya, al- Bukhori membuat
bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan ditulisnya, sewtelah
selesai menulis kitab shahihnya, al-Bukhori memperlihatkanya kepada Ahmad Ibn
Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn al-Madani,dll dari kalangan ulama’-ulama’ hadits. Mereka
semuanya menilaai bahwa hadits-hadits yang terdapat didalamnya kualitasnya
tidak diragukan , kecuali 4 buah hadits saja dari sekian banyak hadits yang
memerlukan peninjauan ulamg untuk dikatakan sebagai hadits shohih. Al
Bukhori meninggal di desa Khartank kota Samarkand pada tanggal 30 Ramadhan
tahun 256 Hijriyah.
b. Muslim (204
H-261H=820 M-875M)
Nama lengkap Muslim adalah Muslim al-Hajjaj
al-Qusyairi al-Naisaburi. Ia termasuk salah seorang dari ulama’-ulama’ hadits
yang terkenal. Dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 Hijriyah. Sejak masih
kecil, ia sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah
dikunjunginya untuk memenuhi kegemaranya tersebut. Muslim menerima hadits
dari beberapa orang gurunya, disamping itu pula dia menerima dari al-Bukhori
sendiri, selanjutnya karir intelektualanya mengikuti al-Bukhori terutama dalam
menulis kitab shahihnya. Hubungan keduanya sangat intim sekali, dan Muslim
sangat menghormati al-Bukhori. Salah satu kitab hadits karya Imam Muslim adalah
al-Jami’ al-Shohih atau dikenal dengan sebutan Shohih Muslim saja. Yang ia
tulis selama 12 tahun. Jumlah hadits yang terdapat dalam kitab ini, tanpa
diulang-ulang sebanyak 3030 buah, dan jumlah keseluruhanya adalah 10,000 buah
hadis. Imam Muslim menyatakan tentang kitab shohihnya :
“ Aku tidak meletakkan sesuatu (riwayat) dalam kitabku
ini kecuali yang dapat dijadikan hujjah, dan aku tidak menggugurkan sesuatu
(riwayat) yang ada dalam kitabku ini kecuali berdasarkan hujjah” Sedangkan
perjalanan karir Muslim dalam lapangan hadis telah dirintis sejak kecil yaitu
sejak tahun 218 H. Upaya penelusuran hadis tidak terbatas pada wilayah melalui
perjalanan panjang dan melelahkan, melainkan juga ia banyak menemui guru para
ahli hadits yang ia terima periwayatanya dari mereka. Maka dengan bekal semangat
, kesabaran , dan ketulusan yang tinggi ia lakukan hal itu dengan tekun hingga
tercapainya tujuan. Wilayah yang ia kunjungi diantaranya: Baghdad, Hijaz, Syam,
Mesir, Ray, Khurasan, Naisaburi, dan lainya. Muslim dikenal pula mempunyai daya
hafal yang tinggi, disamping kemampuan dalam mengarang. Muslim selam hidupnya
telah cukup banyak menyumbangkan buah pikiran dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan hadis. Ia wafat pada tahun 261 H di Naisabur.
Sebagai bahan perbandingan, kebanyakan para ulama’
hadis berpendapat bahwa shohih al- Bukhori lebih tinggi derajatnya disbanding
dengan derajat shohih Muslim . Salah satu yang menjadi alasanya , Muslim
terkadang meriwayatkan hadis dari al-Bukhori , sedangkan al-Bukhori tidak
meriwayatkan hadis dari Muslim.
c. Imam Abu
Dawud(202 H-275 H = 817 M 889 M)
a. Nama
lengkap dan tanggal kelahiranya
Ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq
As-Sijistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahiranya, yaitu di Sijistan
(terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut,
pada tahun 202 H. (817 M)
b. Guru-guru dan muridnya
Ulama’-ulama’ yang telah diambil haditsnya, antara
lain Sulaiman bin Harb, ‘Utsman bin Abi Syaibah, Al-Qa’naby dan Abu Walid
At-Thayalisy. Ulama’-ulama’ yang pernah mengambil hadits-haditsnya, antara lain
putra sendiri ‘Abdullah, An-Nasa’iy, At-Turmudzy,Abu ‘Awwanah, ‘Ali bin
‘Abdu’sh-Shamad dan Ahmad bin Muhammad bin Harun.
c. Karya-karyanya
Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah
bagi para mujtahid ialah kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan
Abi Dawud. Beliau mengaku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw sebanyak
500000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan ditulis dalam kitab Sunannya
sebanyak 4800 buah. Beliau berkata :” saya tidak meletakkan sebuah hadits yang
telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkanya. Saya jelaskan dalam
kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih, (yushibuhu), mendekati
shahih (yuqoribuhu), dan jika terdapat dalam kitab saya yang wahnun
syadidun (sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang
tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadits tersebut bernilai shahih
dan sebagian dari hadits yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang
lain. Menurut pendapat Ibnu Hajr, bahwa istilah Shahih Abu Dawud ini lebih
umum dari pada jika dikatakan biasa dipakai hujjah (al-ihtijah) dan bias
dipakai I’tibar Oleh karenanya setiap hadits dha’if yang bias naik menjadi
Hasan atau setiap hadits hasan yang bias naik menjadi hadits shahih bias masuk
dalam pengertian yang pertama(lil-Ihtijaj), yang tidak srperti kedua itu, biasa
tercakup dalm pengertian kedua (lil-I’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu
semua termasuk yang dinilai dengan wahnun syadidun.
d. Pujian para ulama’ terhadapnya
Para ulama’ telah sepakat menetapkan beliau sebagai
hafidz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya,
Wira’iy dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dalam ilmi hadits maupun
lainnya.
Al-Khaththany berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab ilmu agama setara
dengan kitab Sunan Abu Dawud. Seluuh manusia dari aliran-aliran yang
berbeda-beda dapat menerimanya. Cukuplah kiranya bahwa umat tidak perlu
mengadakan persepakatan untuk meninggalkan sebuah hadits pun dari kiatab ini.
IbnuAl-‘Araby mengatakan , barang siapa yang dirumahnya adalah Al-Qur’an dan
kitab Sunan Abu Dawud ini, tidak usah memerlukan kitab-kitab yng lain. Imam
Ghazaly memandang cukup, bahwa kitab sunan Abu Dawud itu dibuat pegangan bagi
para mujtahid.
e. Tanggal wafatnya
Beliau wafat pada tahun 275 H. (889 M) di Bashrah
d.
Imam AT-Turmudzi(200 H-279 H= 824 M-892 M)
a. Nama dan tanggal kelahiranya
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah adalah seorang
muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir Utara
Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada
bulan Dzulhijjah tahun 200 H. (824 M). Imam Bukhary dan Imam Turmudzi, keduanya
sedaerah, sebab Bukhara dan Turmudzi adalah satu daerah dari daerah
Warauhan-nahar.
b. Guru-guru dan muridnya
Beliau mengambil hadits dari ulama’ hadits yang
ternama seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, al-Bukhary dan
lain-lainya. Oranag banyak belajar hadits pada beliau dan diantara sekian
banyak muridnya yang dapat dikemukakan antara lain Muhammad bin Ahmad bin Mahbub
c. Karya-karyanya
Beliau menyusun kitab sunan dan kitab I’Ilalul Hadits.
Kitab ini bagus sekali, banyak faedahnya dan hokum-hukumnya lebih tertib.
Setelah selesai kitab ini ditulis, menurut pengakuan beliau sendiri,
dikemukakan kepada ulam’-ulam’ Hijaz, Irak dan Khurasan, dan ulama’ tersebut
meridhaoinya serta menerimanya dengan baik. “ Baranga siapa yang menyimpan
kitab saya ini di rumahnya”, kata beliau, “seolah-olah di rumahnya ada seorang
nabi yang selalu bicara.” Pada akhir kitabnya beliau menerangkan, bahwa
semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mul (dapat diamalkan)dan
kitab-kitab yang beliau karang adalah:, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il
an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma' wal-Kuna.
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H.
(892 M)
e.
Imam An-Nasa’iy (215 H-303 H)=(839 M-915 M)
a. Nama dan tanggal kelahiranya
Nama lengkapnya adalah adalah Abu ‘Abdirrahman Ahmad
bin Sya’aib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau
dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. di kota Nasa yang masih
termasuk wilayah Khurasan. Seorang muhaddits putra Nasa yang pintar, wira’iy,
hafidz lagi takwa ini, memilih Negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalm
menyiarkan hadits-hadits kepada masayarakat.
Menurut sebagian pendapat dari Muhaddits, beliau lebih hafidz daipada Imam
Muslim
b. Guru-guru dan murid-muridnya
Guru-guru beliau antara lain: Qutaibah bin Sa’id,
Ishaq bin Ibrahim dan imam-imam hadits dari Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir.
Murid-murid beliau antara lain: Abu Nasher ad-Dalaby dan Abdul Qasim At-Thabary
c. Karya-karyanya
Karya beliau yang utama adalah Sunanulkubro yang
akhirnya terkenal dengan nama sunan An-Nasaiy. Kitab sunan ini adalah kitab
Sunan yang muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits dha’ifnya,
tetapi paling banyak perulanganya . Misalnay hadits tentang niat, diulangnya
sampai 16x. Setelah Imam An-nasa’iy selesai menyusun kitab kubrohnya , beliau
langsung menyerahkanya kepada Amir Ar-Ramlah. Kata Amir: “ Hai, Abu
‘Abdurrahman , apakah hadits0hadits yang saudara tuliskan itu shahih semuanya?
“ Ada yang shahih ada yang tidak” , sahutnya, “Kalau demikian” kata Amir,”
Pisahkanlah yang shahih0shahih saja.” Atas perintah Amir ini maka beliau
berusaha menyeleksinya, kemudian dihimpunya hadits-hadits pilihan ini dengan
nama: Al-Mujtaba (pilihan)
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar,
tahun 303 H(915 M), di Ar-Ramlah.Menurut suatu pendapat, meninggal di Mekkah,
yakni disaat beliau mendapat percobaan di Damsyik, meminta supaya dibawah ke
Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu tempat antara
Shafa dan Marwah.
f .
Imam Ibnu Majah (207 H-273 H= 824 M-887M)
a. Nama dan tanggal kelahiranya
Ibnu Majah, adalah nama nenek moyang yang berasal dari
kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap Imam hadits yang terkenal
dengan sebutan neneknya ini, ialah: Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau
dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H=824 M Sebagaimana halnya para Muhadditsin
dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliaupun
berkeliling di beberapa negri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para
ulam’ hadits.
b. Guru-guru dan murid-muridnya
Dari tempat perantauanya itu, beliau bertemu dengan
murid-murid Imam Malik dan Al-Laits dan dari beliau-beliau inilah beliau banyak
memperoleh hadits0hadits. Hadits-hadits beliau banyak diriwayatkan oleh
orang-orang banyak
c. Karya-karyanya
Beliau menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal
dengan nama Sunan Ibnu Majah. Sunan ini merupakan salah satu Sunan yang empat.
Dalam hadits ini terdapat hadits dha;if, banyak tidak sedikit hadits yang
mungkar Al-Hafidz Al-Muzy berpendapat, bahwa hadits-hadits gharib yang ada dalm
kitab ini , kebanyakan adalah hadits dha’if. Karena itulah para ulama’
mutaqoddimin memandang, bahwa kitab Muwatho’ Imam Malik menduduki pokok kelima,
bukan Sunan Ibnu Majh ini.
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H
=887 M. Jami’, Musnad, sunan, dan Mustadrak Jami’ atau Kitab Al-Jami’ yang
dimaksud disini adalah kitab yang terkenal dengan sebutan Jami’ Tirmdzi yaitu
salah satu kitab yang menjadi rujukan penting berkaitan masalah hadits dan ilmunya
dan juga termasuk dalam Kutubus Sittah (enam kitab pokok dibidang hadits) dan
ensiklopedia hadits terkenal, kitab ini banyak menjelaskan tentang fiqih, kitab
ini juga terkenal dengan nama Sunan At-Tirmidzi. Kitab Sunan Tirmidzi ini
sangat penting, karena kitab ini betul-betul memperhatikan ta’lil (penentuan
nilai) Hadits dengan menyebutkan secara explicit hadits yang shohih, itulah
penyebab mengapa kitab ini berada di tingkatan 4 dalam urutan kutubus sittah,
berbeda dengan pendapat H. Khalfah (w 1657) mengaggap bahwa kitab ini adalah
urutan ke-3 dalam kutubus Sittah. Tidak seperti kitab Hadits Imam Bukhari, atau
yang ditulis Imam Muslim dan lainnya, kitab Sunan Tirmizi dapat dipahami oleh
siapa saja, yang memahami bahasa Arab tentunya. Dalam menyeleksi Hadits untuk
kitabnya itu, Imam Tirmizi bertolak pada dasar apakah Hadits itu dipakai oleh
fuqaha (ahli fikih) sebagai hujjah (dalil) atau tidak. Sebaliknya, Tirmizi
tidak menyaring Hadits dari aspek Hadits itu dhaif atau tidak. Itu sebabnya, ia
selalu memberikan uraian tentang nilai Hadits, bahkan uraian perbandingan dan
kesimpulanya
Musnad artinya yang disandarkan.Jadi kalau dikatakan
sanad berarti rangkaian para perawi dari mukhorrij atau mudawwin paling akhir
sampai rowi yang pertama langsung menerima dari Rosulullah SAW.Misalkan Musnad
Imam Syafi’ie,maka itu artinya hadits-hadits yang dikumpulkan Imam
Syafi’ie,sedang cara pengumpulannya ialah tiap-hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat secara berurutan,misalnya sahabat Ibnu Abbas,lalu Umar,Aisyah,Abu Hurairah
dan demikian seterusnya.Oleh karena itu kitab hadits yang bernama
Musnad,fasal-fasalnya tidak berurutan seperti kitab fiqih,misalnya fasal
thoharoh dulu,baru fasal sholat,zakat,fasal haji.Kemudian dilanjutkan fasal
Mu’amalat seperti jual beli dan lain-lain. Diteruskan dengan fasal
Munakahat atau yang berhubungan dengan pernikahan,perceraian,fasakh nikah,ruju’
dan sebagainya.Kemudian masuk bab Jinayat atau pelanggaran undang-undang dan
masing-masing hukuman yang wajib diberikan terkait dengan pelangaran-pelanggaran
tersebut,lalu disambung dengan bab-bab fiqih yang lainnya hingga selesai. jadi
jelas kitab musnad itu isinya tidak beraturan dan berurutan masalah demi
masalah yang diketengahkannya. Bab-bab dalam musnad itu,fasal-fasalnya adalah
perihal rowi-rowinya yang diutamakan,maka didalamnya terdapat fasal
Aisyah,fasal Abdullah bin Umar, Abu Hurairah,Abdullah bin Abbas dan seterusnya
dari mulai rowi yang terbanyak meriwayatkan hadits sampai yang paling sedikit.
Sunan ialah kitab hadits yang bab-babnya diurutkan menurut urutan fasal-fasal
yang berhubungan dengan fiqh,seperti bab thoharoh dulu,lalu
mu’amalat,munakahat,jinayat dan sampai akhirnya menurut rangkaian urutan
persoalan-persoalan fiqh. Seputar Kitab al-Mustadrak karya al-Hâkim, Shahîh Ibn
Khuzaimah dan Shahîh Ibn Hibbân al-Mustadrak karya al-Hâkim Sebuah kitab hadits
yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang
ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah
satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits
tersebut. Demikian juga, al-Hâkim memuat hadits-hadits yang dianggapnya shahih
sekalipun tidak berdasarkan persyaratan salah seorang dari kedua Imam hadits
tersebut dengan menyatakannya sebagai hadits yang sanadnya
Shahîh. Terkadang dia juga memuat hadits yang tidak shahih namun hal itu
diingatkan olehnya. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil
(yang menggampang-gampangkan) di dalam penilaian keshahihan hadits. Oleh karena
itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas
hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah
mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap kebanyakan
hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih
perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh. (Salah seorang yang juga
mengadakan pemantauan dan studi terhadap hadits-hadits yang belum diberikan
penilaian apapun oleh Imam adz-Dzhabi dan memberikan penilaian yang sesuai
dengan kondisinya adalah Syaikh. Dr. Mahmud Mirah.
B. Al-Kutup Al-Tis’ah
1. Al-Jami’ Sahih Bukhari
1. Kitab tentang permulaan turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW
2. Kitab tentang iman
3. Kitab tentang ilmu
4. Kitab tentang wudhu
5. Kitab tentang mandi besar
6. Kitab tentang tayammum
7. Kitab tentang shalat
8. Kitab tentang tabir pembatas orang yang melakukan shalat
9. Kitab tentang waktu shalat
10. Kitab tentang azan
Adapun sistematika penulisan kitab
shahih Al-bukhari disusun dengan membagi beberapa judul tertentu dengan istilah
kitab yang berjumlah 97 buah. Istilah kitab dibagi menjadi beberapa sub judul
dengan istilah bab yang berjumlah 4.550 buah. Jika diperhatikan sepintas,
komposisi kitab dan bab yang tidak sesuai atau kurang relevan. Namun, jika
dicermati secara mendalam, setidaknya ada dua hal yang dapat diperoleh:
a. Judul kitab atau bab yang dikemukakan menunjukkan kedalaman pemahaman imam bukhori terhadap kandungan hadist yang disebutkan.
b. Judul kitab dan bab merupakan representasi dari sikap imam bukhari terhadap masalah tertentu. Dengan lain kata, judul tersebut merupakan hasil ijtihadnya tentang kandungan hadist yang dikemukakan.
2. Al-Jami’’ Sahih Muslim
1. Kitab tentang iman
2. Kitab tentang haid
3. Kitab tentang salat
4. Kitab tentang salat safar
5. Kitab tentang salat jum’at
6. Kitab tentang salat id
7. Kitab tentang salat istisqa’
8. Kitab tentang salat atas janazah
9. Kitab tentang puasa
10. Kitab tentang i’tikaf
Muslim tidak menetapkan sarat-sarat
tertentu yang dipakai dalam sahihnya, tetapi para ulama’ telah menggali
saratnya itu melalui pengkajian terhadap kitabnya. jika dibandingkan dengan
kitab koleksi hadis yang lain, sahih muslim memiliki beberapa keunikan, antara
lain:
a. Hadis-hadisnya berkualitas sahih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh muslim.
b. Hadis-hadis yang terhimpun di dalamnya terdapat
juga di dalam sahih bukhori, tetapi dengan sanad (mata rantai periwayatan) yang
berbeda.
c. Susunan isinya sangat tertib dan sistematis
d. Pemilihan matannya sangat teliti dan cermat
e. Seleksi sanadnya sangat teliti, tidak tumpang
tindih, tidak lebih dan tidak kurang.
f. Hadis-hadisnya ditempatkan dan dikelompokkan pada tema-tema tertentu sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan.
f. Hadis-hadisnya ditempatkan dan dikelompokkan pada tema-tema tertentu sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan.
Sistematika penulisan kitab Shahih
Muslim diakui oleh banyak ulama sebagai sistematika yang lebih baik. Pertama,
ia menyebut menempatkan hadis-hadis yang semakna beserta sanadnya dalam satu
kelompok tertentu. Kedua, ia menghimpun sanad yang muttafaqun alaihi (disepakati
oleh ulama) dan yang tidak dengan metode tahwil (berpindahnya jalur rawi)
dengan menggunakan lambang huruf ha( ح). Ketiga, ia lebih banyak mengutip
hadis-hadis riwayat bi al-lafzhi. Ini merupakan satu kelebihan di banding
hadis-hadis riwayat Imam al-Bukhari. Keempat, ia sangat memperhatikan matan
hadis. Jika ada dua rawi yang menyampaikan hadis, maka ia menyebutkan lafaz
dari perawi tertentu. Atau juga bila ada ziyadah (tambahan lafaz), maka ia juga
menyebutkannya.
3. Sunan At-Tirmidzi
1. Kitab tentang bersisuci
2. Kitab tentang salat
3. Kitab tentang salat jum’at
4. Kitab tentang zakat
5. Kitab tentang puasa
6. Kitab tentang haji
7. Kitab tentang janazah
8. Kitab tentang nikah
9. Kitab tentang menyusui
10. Kitab tentang talaq dan sumpah
Sistematika penulisannya dipandang
cukup baik. Pertama, ia merangkum hadis-hadis menyangkut berbagai bidang
keagamaan. Kedua, Membuat judul bab dan meletakan satu, dua atau tiga hadis.
Ketiga, menunjukan adanya hadis yang diriwayatkan oleh sahabat lain. Keempat,
menunjukan kualitas hadis, dan terdakang menjelaskan kualitas rawinya dengan
istilah-istilah baru, seperti: shahih, hasan, hasan shahih, shahih gharib,
hasan ligharih dan hasan lidzatih. Kelima, menerangkan makna hadis dan
pendapat-pendapat hukum ulama.
4. Sunan Abi Daud
1. Kitab tentang bersisuci
2. Kitab tentang salat
3. Kitab tentang zakat
4. Kitab tentang harta temuan
5. Kitab tentang manasik
6. Kitab tentang nikah
7. Kitab tentang talaq
8. Kitab tentang puasa
9. Kitab tentang jihad
10. Kitab tentang sembelihan
Sistematika penulisan sunan abi
daud: disusun berdasarkan bab-bab fiqih, 35 kitab dan 1871 bab. Ini berbeda
dengan kitab sunan lainnya yang masih memuat pembahasan diluar masalah fiqih
seperti keutamaan dalam beramal (fadail al-a’mal), tafsir, dan sebagainya. Dan
Sistematika penulisan Kitab Sunan Abu Daud sangat baik. Pertama, ia memberi
komentar terhadap kualitas sebagian hadis. Kedua, sangat memperhatikan matan
hadis sehingga ia menyebutkan lafaz hadis ini dari si fulan. Demikian pula bila
ada tambahan ia pun menyebutkan bahwa pada matan hadis ini ada ziyadah. Ketiga,
ia juga menghimpun beberapa jalur sanad yang lain bahkan terkadang sampai tiga
jalur sanad untuk satu hadis.
Dalam setiap bab, imam abu daud mengemukakan dua hadis, meskipun banyak hadis yang terkait dengan pembahasan tersebut. Hal itu dia lakukan agar materi hadis lebih mudah dicerna oleh pembacanya.
Dalam setiap bab, imam abu daud mengemukakan dua hadis, meskipun banyak hadis yang terkait dengan pembahasan tersebut. Hal itu dia lakukan agar materi hadis lebih mudah dicerna oleh pembacanya.
5. Sunan Ibnu Majah
1. Kitab tentang bersisuci dan sunah-sunahnya
2. Kitab tentang salat
3. Kitab tentang adzan dan sunahnya
4. Kitab tentang masjid dan jamaah
5. Kitab tentang menegakkan salat dan sunahnya
6. Kitab tentang janazah
7. Kitab tentang puasa
8. Kitab tentang zakat
9. Kitab tentang nikah
10. Kitab tentang talaq
6. Sunan An-Nasa’i
1. Kitab tentang bersisuci
2. Kitab tentang air
3. Kitab tentang kiblat
4. Kitab tentang haid dan istihadah
5. Kitab tentang mandi dan tayamum
6. Kitab tentang salat
7. Kitab tentang waktu salat
8. Kitab tentang adzan
9. Kitab tentang masjid
10. Kitab tentang kiblat
7. Sunan Ad-Darimi
1. Kitab tentang bersisuci
2. Kitab tentang salat
3. Kitab tentang zakat
4. Kitab tentang puasa
5. Kitab tentang manasik
6. Kitab tentang berqurban
7. Kitab tentang berburu
8. Kitab tentang makanan
9. Kitab tentang minuman
10. Kitab tentang mimpi
8. Al-Muwatta’ Imam Malik
1. Kitab tentang waktu salat
2. Kitab tentang bersisuci
3. Kitab tentang lupa
4. Kitab tentang salat jumat
5. Kitab tentang salat dalam bulan ramadhan
6. Kitab tentang salat malam
7. Kitab tentang salat jamaah
8. Kitab tentang qasar salat dalam perjalanan
9. Kitab tentang salat id
10. Kitab tentang salat khouf
Dari 5 (five) kitab hadis (suna abu
daud, sunan nasa’I, ad-darimi, ibnu majah, muwatta’) diatas sisematika
penulisan hadisnya menggunakan sistematika fiqh, karena penulisan kitab hadis
tersebut terjadi pada pasca imam mazhab al-arbaah.
I. Musnad Ibnu Hambal
1. Hadist abu bakar as-sidiq
2. Hadist umar ibnu al-hattab
3. Hadist usman bin affan
4. Hadist Ali bin Abi Talib
5. Musnad abi muhamad talhah bin ubaidillah
Sitematika penyusunannya berbeda
dengan kitab-kitab koleksi hadist sebelumnya, yang disusun berdasarkan
tema-tema tertentu. Imam ahmad menyusunnya berdasarkan nama sahabat pertama
yang meriwayatkan hadist itu dari Nabi. Sahabat-sahabat tersebut disusun dengan
klasifikasi yang pertama kali masuk islam, kemudian berdasarkan keturunan
(‘asyirah), selanjutnya asal daerah, tempat sahabat tersebut menetap. Oleh
karena itu, kata yang sering dijumpai pada kitab ini adalah “musnad” seperti
musnad Abi bakr, musnad ‘umar bin al-khattab, musnad ahl-bait, musnad
al-madaniyyin, dan sebagainya. Jumlah sahabat nabi yang terhimpun didalam kitab
musnad ini mencapai 800 orang, bahkan al-Albani, 904 orang.
BAB
II PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kutub
sittah adalah kitab hadits yang dihimpun oleh enam orang ulama yang merupakan
kitab induk hadis. Pada awalnya, ulama Muta’akhkhirin sependapat menetapkan
bahwa kitab induk lima buah, yaitu Shahih al-Bukhary, Shahih Muslim, Sunan Abi
Daud, Sunan an-Nasa’y dan Sunan at-Tarmidzy. Kitab lima tersebut mereka namai
Al-Ushul al-Khamsah atau Al-Kutub al-Khamsah. Kemudian, Abu al-Fadhli ibn
Thahir menggolongkan pula kedalamnya kitab induk lagi, sehingga terkenal di
dalam masyarakat Al-Kutub as-Sittah (Kitab Enam).
Yang dimaksud al kutub al sittah yaitu:
1. Shohih
Bukhori
2. Shohih
Muslim
3. Sunan Abu
Daud
4. Jami’u
at-Turmudzi/ Sunan at-Turmudzi
5. Sunan
an-Nasa’i
6. Sunan Ibnu Majah
Kutub Al- Tis’ah
diantaranya yaitu :
1. Al-Jami’ Sahih Bukhari
2. Al-Jami’’ Sahih Muslim
3. Sunan At-Tirmidzi
4. Sunan Abi Daud
5. Sunan Ibnu Majah
6. Sunan An-Nasa’i
7. Sunan Ad-Darimi
8.
Al-Muwatta’ Imam Malik
DAFTAR
PUSTAKA
Pengenalan
Kutub Al- Tis’ah , (http://eling-buchoriahmad12.blogspot.com/2011/06/pengenalan-kutub-al-tisah.html)
diakses hari senin tanggal 17/09/12 jam 20:24.
Al-Kutub al- sittah, (http://nahrubdifan.blogspot.com/2011/01/al-kutub-al-sittah.html),
diakses hari Senin tanggal 17/09/12 jam
20:21.
Tags:
hadits
kutub at tis'ah itu ada sembilan lho, kok cuma ada delapan? yang satunya lagi mana?
BalasHapus9-sunan ad-darimi
BalasHapuska izin minta materinya untuk tambahan revisi makalah thanks....!
BalasHapus9. Murnad bin hambali
BalasHapus(Kalau salah mohon maaf) 🙏
Sunan Ad Darimi
HapusKitab yang kesembilan dari al-Kutub at-Tis'ah adalah Musnad Ahmad ibn Hanbal.
BalasHapusDi atas sudah dicantumkan di bagian akhir, sebelum bab Penutup.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus