Pengertian Bele kampong
Bele Kampung merupakan salah satu ritual yang terdapat
di Desa Kelumu Kabupaten Lingga. Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak zaman
dahulu. Sesuai dengan tradisi yang berlaku sejak dahulu, pelaksanan bele
kampung dilakukan pada setiap 15 hari bulan Muharam. Secara umum pelaksanaan
kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan kampung, baik dari yang gaib maupun
yang nyata. Membersihkan kampung dengan cara bele kampung diharapkan agar
kampung terhindar dari segala bencana, marabahaya, dan terhindar dari berbagai
wabah penyakit. Selain itu agar diberikan limpahan rezeki bagi seluruh warga
kampung.
Untuk melaksanakan ritual bele kampung harus dipimpin
oleh seorang bomo. Untuk melaksanakan bele kampung diperlukan seperangkat alat
dan bahan upacara yang harus dipersiapkan sejak awal diantaranya adalah mangkok
tempat bara api, mangkok-mangkok buat tempat berbagai bahan, kayu atau sabut
untuk di bakar menjadi bara, bertih, beras baso ( beras putih yang dicuci)
beras kunyit, kemenyan, kain putih, bendera kain putih, bakek, kapur, gambir,
pinang dan bubur lemak ( bahan : santan, beras, garam).
Ø
Makna beras putih melambangkan kebersihan hati,
kesejahteraan dan kemakmuran
Ø
Beras Kunyit melambangkan kemuliaan, kesembuhan dan
cita-cita mulia
Ø
Bereteh melambangkan kesuburan dan kemajuan
Ø
Bendera maknanya sebagai penanda di tempat tersebut
sedang terjadi proses Bele Kampung
Ø
Bakek maknanya memberi semangat dan berserah diri
Ø
Kapur maknanya kebersihan dan kesucian hati
Ø
Gambir maknanya keberkatan dan penawar
Ø
Bubur Lemak maknanya kelembutan dan mupakat.
Ø
Mangkok (wadah) maknanya menghimpun
Zulkifli
Harto dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri dalam penelitiannya menyebutkan,
bele kampong atau bele kampung digelar karena dahulunya di Desa Kelumu tersebut
sering terjadi perkelahian dan pertengkaran sesama warga ketika itu. Dalam
kondisi ini datanglah ulama ke Desa Kelumu, dan menyarankan agar dibuat ritual
bele kampung.
Ada
beberapa komponen yang terkandung dalam ritual Bele Kampung ini, yaitu proses
ritual meliputi zikir saman, bela laut ban bele kampung. Selama berlangsungnya
bele kampong yang memakan waktu selama tiga hari berturut-turut, warga setempat
tidak boleh membunuh yang bernyawa, seperti menebang pohon, serta menggali
tanah.
Selain itu juga tidak boleh orang datang ke Desa Kelumu. Seandainya ada orang
datang, maka pendatang tersebut harus membayar denda. Selain itu, selama
berlangsungnya Bele Kampung, tiap sudut kampung dipasang bendera atau
umbul-umbul pertanda telah dilaksanakan ritual bele kampung. Dalam bele kampung
digunakan sejumlah peralatan.
Seperti
Kitab Saman, sampan termasuk wewangian, seperti kemenyan, bertih, beras kunyit
dan beras putih.
“Pantang
larang itu dipatuhi. Masyarakat takut terkena sanksi. Selain itu, melanggar
pantangan diyakini bisa mengakibatkan timbulnya penyakit, bahkan kematian,”.